Jumat, 15 Maret 2019

sejarah

SEJARAH DESA

SEJARAH DESA SALEM
A. Asal Usul Desa Salem
Sejarah Yang Menamai SALEM menurut sumber tetua/tokoh Masyarakat desa salem bahwa SALEM berasal dari kata SELAMENTARA yang menurut arti bahasa Ibrani SELA berarti BATU sedangkan MENTARA mengandung arti MERAH. Konon dahulu ada seorang punggawa yang dikejar penjajah dan bersembunyi di antara Batu Merah dan selamat yang ahirnya menamai wilayah ini dengan nama SELAMENTARA. Ada juga yang mengatakan bahwa SALEM itu berasal dari kata SALAM yang artinya KESELAMATAN.
Desa Salem merupakan salah satu Desa di Kecamatan Salem Kabupaten Brebes. Semua penduduk Kecamatan Salem berbahasa dan berkebudayaan Sunda sejak berabad-abad yang lampau, sehingga mereka adalah penduduk asli di daerah ini. Pada masa lampau, daerah Salem termasuk dalam wilayah Kerajaan Galuh dan Kerajaan Padjajaran. Ada sementara cerita lisan yang mengatakan bahwa penduduk Salem ada keterkaitan dengan Kejadian Perang Bubat pada Zaman Kerajaan Majapahit. Setelah Perang Bubat, ternyata tidak seluruh punggawa/pengawal/rakyat Pajajaran mati terbunuh dan kembali ke Jawa Barat. Ada sisa-sisa punggawa tersebut menetap di wilayah Kecamatan Salem. Peninggalan penduduk pertama tersebut, sebagian dapat dilihat di situs Gunung Sagara (Lautan). Pada abad ke-19 ditemukan naskah lontar tua di situs Gunung Sagara yang menggunakan Bahasa Sunda kuno. Naskah ini dibawa bupati Brebes RAA. Tjandranegara dan diserahkan kepada seorang ahli bahasa KF. Holle untuk kemudian disimpan di Batavia. Paling tidak ada dua naskah Sunda yang terkenal, yaitu Sewaka Darma dari Kabuyutan Ciburuy, Garut dan Carita Ratu Pakuan, yang menyebutkan sendiri bahwa isi naskahnya berasal dari (dan hasil bertapa dari) Gunung Kumbang (1218). Gunung Kumbang masa lampau mungkin adalah sebuah tempat lemah dewa sasana, kabuyutan, dan tempat bagi para intelektual masa kerajaan Sunda. Mungkin di sini termasuk pula Gunung Sagara, di mana Gunung Sagara terletak di lereng selatan Gunung Kumbang tersebut. Daerah Sunda di daerah Salem dan sekitarnya mempunyai perbedaan kebiasaan dengan daerah Sunda lainnya (Priangan, Banten, Karawang, dll). Perbedaan tersebut terutama dapat dilihat dalam hal adat budaya, bahasa, detail bentuk-bentuk kesenian, dan juga dalam tatacara beragama. Tata cara beragama penduduk Salem kelihatannya masih terdapat unsur keagamaan Hindu dengan campuran-campuran adat setempat yang kental. Pada zaman Hindia Belanda, penduduk Salem masih ada yang melestarikan atau melaksanakan praktek perkawinan model animisme. Misalnya, jika penduduk bermaksud hendak melaksanakan pernikahan, maka mereka akan mendaki dahulu ke lereng Gunung Sagara. Jika di lereng Gunung Sagara terlihat ada burung yang melakukan perkawinan, artinya kedua mempelai tersebut direstui oleh penghuni Gunung Sagara. Wilayah Salem merupakan kecamatan terpencil, tetapi sempat juga ditetapkan menjadi sebuah kawedanan pada masa penjajahan Belanda. Penetapan ini diperkirakan disebabkan strategisnya daerah Salem. Pada era awal perang kemerdekaan, Salem juga menjadi pusat pertahanan atau tempat mengungsi Bupati Brebes pro Republik. Waktu itu bupati kembar, yang pro Belanda disebut bupati Recomba berkantor di Brebes (Gandasuli), sementara bupati RI berkantor di desa Bentarsari, Salem. Mengingat daerahnya yang strategis tersebut, setelah Perang kemerdekaan usai daerah ini juga pernah menjadi daerah basis pemberontak DI/TII pimpinan Amir Fatah. Tahun 1960-an Hal itu konon erat kaitannya dengan keberadaan pasukan TNI yang pernah bertugas di daerah Salem. Bagi masyarakat setempat tidak bisa dilupakan, ketika ada pasukan penumpas DI/TII (konon dari Div 449). Kejadian terakhir inilah yang menarik. Salem adalah daerah basis pesantren tradisional, tetapi kenapa banyak ditemukan anasir-anasir yang bertentangan dengan semangat pesantren. B. Keadaan Geografis — Kecamatan — Negara Indonesia Provinsi Jawa Tengah Kabupaten Brebes Luas km² Jumlah penduduk 56.763 ( 2009 ) Kepadatan jiwa/km² Desa/kelurahan 20 desa Salem merupakan daerah pegunungan (400-900 mdpl), dimana Salem sendiri berada di lembah yang dikelilingi hutan dan deretan pegunungan di sekitarnya, berhawa sejuk (16-22° C) dan memiliki panorama yang indah. Lanskape kecamatan Salem mirip mangkok bakso. di kiri kanan adalah daerah pegunungan – pebukitan yang cukup tinggi sementara di tengah-tengahnya adalah wilayah kecamatan Salem. Dengan kondisi daerah tersebut wilayahnya merupakan daerah yang masih cukup terisolir. Dengan daerah yang dimiliki tersebut, maka secara militer wilayah Salem merupakan daerah pertahanan yang efektif. Dengan menyandang daerah pertanian yang subur, maka tidak aneh wilayah kecamatan Salem merupakan daerah strategis secara politis. Kecamatan Salem adalah daerah pegunungan (100 – 1200 dpl) memiliki tipografi/landskape seperti sebuah mangkok, dimana di dalamnya mengalir sungai yang cukup deras, Cigunung yang berhulu di gunung Pojok Tiga, melewati desa Tembong Raja, Indrajaya, Banjaran Salem dan Bentarsari dan Cibentar. kedua sungai tersebut bertemu di desa Ganggawang dan Bentarsari, dan mengalir ke hilir menjadi sungai Cipamali atau Kali Pemali di Bumiayu. Dengan ketinggian tersebut maka Salem merupakan daerah subur dengan curah hujan yang cukup tinggi. Sebagaian besar wilayahnya adalah hutan di bawah pengelolaan Perhutani dan hanya sebagian kecil saja yang dikelola penduduk. Karakteristik alam Salem yang bagus tersebut belum diolah secara optimal, misalnya sungai yang deras belum diolah menjadi wisata olah raga air rafting, atau alam yang bagus belum dibuat rekreasi hutan alam yang eksotik bahkan bisa juga dijadikan daerah tujuan Outbound. Batas Kecamatan Salem Utara Kecamatan Banjarharjo Kecamatan Ketanggungan Selatan Kabupaten Cilacap Barat Kabupaten Kuningan ( Jawa Barat ) Timur Kecamatan Bantarkawung Salem adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Indonesia. Kecamatan ini terletak di ujung barat daya wilayah Kabupaten Brebes. Berbatasan dengan Kecamatan Banjarharjo dan Ketanggungan di sebelah Utara, Kecamatan Bantarkawung di sebelah Timur, Kecamatan Majenang (Kabupaten Cilacap) di sebelah selatan, serta Kabupaten Kuningan (Jawa Barat ) di sebelah Barat. Desa di Kecamatan Salem – Banjaran – Bentar – Bentarsari – Capar – Ciputih – Citimbang – Gandoang – Ganggawang – Gunung Larang – Gunung Tajem – Gunung Jaya – Gunung Sugih – Indra Jaya – Kadumanis – Pasirpanjang – Pabuaran – Tembongraja – Wanoja – Winduasri – Windusakti.
KEBUDAYAAN A. Budaya  Bahasa dan Kesenian Semua penduduk Salem menggunakan Bahasa Sunda sebagai bahasa sehari-hari, meskipun sebenarnya daerah Salem termasuk kedalam Provinsi Jawa Tengah yang biasanya berbahasa Jawa, namun Salem berada di daerah yang berbatasan dengan jawa Barat, sehingga bahasa yang digunakan adalah Bahasa Sunda. Budaya dan kesenian banyak memiliki kesamaan dengan kesenian yang berkembang di daerah Priangan Timur, seperti kiliningan, wayang golek, reog, calung, dsb. Demikian juga untuk kalangan santri terdapat kesenian terbang atau gembyung, dan seni tari rudat. Untuk budaya dan kesenian tertentu terpengaruh dari budaya & kesenian khas Cirebon, seperti kesenian tarling. Dengan keberadaannya, kecamatan Salem menjadi sebuah wilayah ber-etnik Sunda, tetapi dibawah pengelolaan pemerintahan ber-etnik Jawa.  Perekonomian Sebagian besar penduduk Salem adalah petani, dengan hasil pertanian padi, kelapa, sayur ambo, dan palawija. Hasil pertanian lain yang juga cukup banyak adalah hasil buah-buahan seperti mangga, jengkol, petai, pisang, nangka dan buah lainnya. Selain itu salem merupakan penghasil kayu hasil dari Hutan yang mengelilingi jalan menuju ke Salem, karena jalan menuju salem memang dikelilingi hutan, meskipun ada beberapa jalan alternative, namun dari semuanya memang dikelilingi hutan. Di hutan Salem banyak ditanami kayu untuk menunjang perekonomian penduduk setempat, terutama kayu pinus, bambu, mahoni dan al-basiah (umumnya hasil perkebunan rakyat), serta getah pinus yang juga diproduksi untuk pembuatan lem dan lilin. Mengingat potensi daerah yang akhir-akhir ini kurang mencukupi untuk kebutuhan seharihari, maka Sebagian penduduk Salem banyak yang merantau ke daerah lain terutama kota besar seperti Jakarta, Bandung, Semarang, atau Yogyakarta, untuk menjadi pedagang ataupun sebagai pekerja bangunan, pekerjaan ini memang banyak menarik antusias warga setempat, khususnya bapak-bapak dan bujangan yang tidak melanjutkan sekolahnya, karena gaji yang diperoleh juga tidak sedikit untuk ukuran orang pedesaan. pamandangan di Saung Bata Cilangkap Cikandang Salem Salem juga menjadi daerah penghasil batik di Kabupaten Brebes, khususnya di daerah Bentar dan Bentarsari yang penduduknya membuat batik dirumahnya sendiri, beda halnya dengan pabrik-pabrik di kota besar. Batik Salem atau biasa juga dikenal batik Brebesan memiliki motif bunga yang lebar. Pengrajin batik Salem mayoritas adalah pengrajin batik tulis. Para ibu-ibu petani di kala sedang tidak beraktifitas di amboo/sawah mereka mengisi waktu dengan membatik. Secara umum hasil kerajinan yang dapat dijumpai di Salem adalah: Batik, Boboko/Cepon (anyaman amboo). Banyak juga penduduk yang menjadi pedagang di pasar yang biasanya diadakan setiap hari legi dalam kalender jawa, tidak setiap hari diadakan pasar seperti kota kota besar. Selain mata pencaharian diatas, penduduk di Salem juga ada yang bekerja sebagai pembuat batu bata yang biasanya dipakai untuk membuat rumah.  Pendidikan Kecamatan Salem terdapat sarana pendidikan dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Setiap desa sedikitnya memiliki sebuah SD Negeri. Salem juga terdapat sejumlah pondok pesantren yang setingkat dengan SMP dan SMA, seperti di Desa Tembongraja, Gunung Sugih dan Ganggawang, Indrajaya, dan Bentarsari. Pesantren ini umumnya memiliki hubungan dengan pesantren di Jawa Barat seperti Ciamis dan Tasikmalaya.
Sekiranya seperti itu gambaran Sejarah Salem dari berbagai sumber Terimakasih.

Jumat, 08 Februari 2019




Inilah keindahan kota salem yang dikelilingi oleh pegunungan dan pohon pohon yang indah

Jumat, 11 Januari 2019

Gambar desa tembongraja


keunggulan desa Tembongraja

sejarah kecamatan salem
Semua penduduk Kecamatan Salem berbahasa dan berkebudayaan Sunda sejak berabad-abad yang lampau, sehingga mereka adalah penduduk asli di daerah ini. Pada masa lampau, daerah Salem termasuk dalam wilayah Kerajaan Galuh dan Kerajaan Pajajaran. Ada sementara cerita lisan yang mengatakan bahwa penduduk Salem ada keterkaitan dengan Kejadian Perang Bubat zaman Majapahit. Setelah Perang Bubat, ternyata tidak seluruh punggawa/pengawal/rakyat Pajajaran mati terbunuh, dan kembali ke Jawa Barat. Ada sisa-sisa punggawa tersebut menetap diwilayah kecamatan Salem. Peninggalan penduduk pertama tersebut, sebagian dapat dilihat di situs Gunung Sagara (Lautan).
Pada abad ke-19 ditemukan naskah lontar tua di situs Gunung Sagara yang menggunakan Bahasa Sunda kuna[butuh rujukan]. Naskah ini dibawa bupati Brebes RAA. Tjandranegara dan diserahkan kepada seorang ahli bahasa KF. Holle untuk kemudian disimpan di Batavia. Paling tidak ada dua naskah Sunda yang terkenal, yaitu Sewaka Darma dari Kabuyutan CiburuyGarutdan Carita Ratu Pakuan, yang menyebutkan sendiri bahwa (isi) naskahnya berasal dari (dan hasil bertapa dari) Gunung Kumbang (1218). Gunung Kumbang masa lampau mungkin adalah sebuah tempat lemah dewasasana, kabuyutan, dan tempat bagi para intelektual masa kerajaan Sunda. Mungkin di sini termasuk pula Gunung Sagara, di mana Gunung Sagara terletak di lereng selatan Gunung Kumbang tersebut.
Daerah Sunda di daerah Salem dan sekitarnya mempunyai perbedaan kebiasaan dengan daerah Sunda lainnya (Priangan, Banten, Karawang, dsb). Perbedaan tersebut terutama dapat dilihat dalam hal adat budaya, bahasa, detail bentuk-bentuk kesenian, dan juga dalam tatacara beragama. Tata cara beragama penduduk Salem kelihatannya masih terdapat unsur kegamaan Hindu dengan campuran campuran adat setempat yang kental. Pada zaman Hindia Belanda, penduduk Salem masih ada yang melestarikan atau melaksanakan praktek perkawinan model animisme. Misalnya, jika penduduk bermaksud hendak melaksanakan pernikahan, maka mereka akan mendaki dahulu ke lereng Gunung Sagara. Jika di lereng Gunung Sagara terlihat ada burung yang melakukan perkawinan, artinya kedua mempelai tersebut direstui oleh penghuni Gunung Sagara.
Wilayah Salem merupakan kecamatan terpencil, tetapi sempat juga ditetapkan menjadi sebuah kawedanan pada masa penjajahan Belanda. Penetapan ini diperkirakan disebabkan strategisnya daerah Salem. Pada era awal perang kemerdekaan, Salem juga menjadi pusat pertahanan atau tempat mengungsi Bupati Brebes pro Republik. Waktu itu bupati kembar, yang pro Belanda disebut bupati Recomba berkantor di Brebes (Gandasuli), sementara bupati RI berkantor di desa Bentarsari, Salem. Mengingat daerahnya yang strategis tersebut, setelah Perang kemerdekaan usai daerah ini juga pernah menjadi daerah basis pemberontak DI/TII pimpinan Amir Fatah.
Tahun 1960-an di daerah ini juga muncul gerakan-gerakan yang berafiliasi dengan pemberontakan G.30.S/PKI di Jakarta. Hal itu konon erat kaitannya dengan keberadaan pasukan TNI yang pernah bertugas di daerah Salem. Bagi masyarakat setempat tidak bisa dilupakan, ketika ada pasukan penumpas DI/TII (konon dari Div 449). Kejadian terakhir inilah yang menarik. Salem adalah daerah basis pesantren tradisional, tetapi kenapa banyak ditemukan anasir-anasir yang bertentangan dengan semangat pesantren.

sejarah

SEJARAH DESA SEJARAH DESA SALEM A. Asal Usul Desa Salem Sejarah Yang Menamai SALEM menurut sumber tetua/tokoh Masyarakat desa salem ba...